Jumat, 06 September 2013

Jerman Dihebohkan Sekte Penyiksa Anak

Jum'at, 06 September 2013 14:15 wib

                      
(Foto: DPA)(Foto: DPA)
BERLIN – Masyarakat Jerman dikejutkan dengan keberadaan sekte penyiksa anak. Anggota sekte Twelve Tribe kerap memberi hukuman cambuk kepada anak mereka.
 
Polisi Jerman tidak tinggal diam mendengar laporan penyiksaan tersebut. Mereka menyelamatkan sebanyak 40 anak dari orangtua mereka yang menjadi anggota Twelve Tribe.
 
Sekte Twelve Tribe berdalih tidak memiliki niat buruk kepada anak-anak. Hukuman cambuk diberikan agar anak mereka tak bersikap manja.
 
“Kami ingin menjadi orangtua yang baik. Kami tidak mencambuk mereka dengan kemarahan,” sebut sekte tersebut dalam situs resminya, seperti dikutip BBC, Jumat (6/9/2013).
 
“Mungkin cara ini kontroversial. Kami percaya hukuman ini bisa membuat anak-anak kami tumbuh menjadi pribadi yang kuat,” lanjut pernyataan tersebut.
 
Sekte Twelve Tribe sebenarnya berasal dari Amerika Serikat (AS). Namun, sekte itu telah berkembang di 10 negara termasuk Jerman.
 
 Sumber :nternational.okezone.com/read/2013/09/06/414/861759/jerman-dihebohkan-sekte-penyiksa-anak

Tak Ada Perempuan Seksi di Pengadilan, Ahmad Fathanah Jenuh

Kamis, 05 September 2013 15:34 wib

                                                             
Ahmad Fathanah dan istri ketiganya, Sefty (Foto: Yulianto/Koran Sindo)Ahmad Fathanah dan istri ketiganya, Sefty (Foto: Yulianto/Koran Sindo)
JAKARTA - Terdakwa penerima suap pengurusan impor daging sapi di Kementerian Pertanian, Ahmad Fathanah, rupanya sudah bosan mendengar keterangan dari sejumlah saksi yang dihadirkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Penyebabnya, kemungkinan lantaran saksi-saksi yang dihadirkan kebanyakan laki-laki sehingga tidak menarik perhatian bagi suami Septi Sanustika itu.
 
Seperti diketahui, Fathanah dikenal gemar 'berkomunikasi' dengan perempuan-perempuan seksi. Mengetahui hal itu, Ketua Majelis Hakim Nawawi Pomolango meminta Jaksa Penuntut Umum dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera menghadirkan saksi perempuan. "Mungkin Jaksa bisa menghadirkan banyak saksi perempuan," kata Nawawi kepada JPU, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
 
Nawawi Pomolango mengutarakan, permintaan itu berhubung ia melihat selama ini Fathanah tampak lesu dan tak bergairah menjalani sidang. Mendengar perkataan Ketua Majelis Hakim Nawawi, Jaksa Rini Triningsih pun menjawab, "Kami akan upayakan, Yang Mulia."
 
Mendengar jawaban Jaksa Rini, Nawawi melontarkan celetukan ke Ahmad Fathanah. "Supaya terdakwa senang. Bukan begitu?"
 
Ahmad Fathanah tersenyum mendengar celetukan Hakim. Ia pun membenarkan sudah lama tidak cuci mata dengan melihat perempuan-perempuan seksi. "Sudah dari dulu, Yang Mulia," katanya seraya tersenyum malu-malu.
 
Ahmad Fathanah, terdakwa kasus dugaan suap impor daging sapi di Kementerian Pertanian, ditangkap penyidik KPK pada 29 Januari 2013 saat membawa uang sebesar Rp1 miliar yang diduga berasal dari PT Indoguna Utama. Ia ditangkap bersama mahasiswi Universitas Moestopo, Maharini Suciyono, ketika sedang bermesraan di dalam kamar hotel.
 
Fathanah didakwa turut serta atau bersama-sama dengan mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, menerima suap Rp1,3 miliar dari Direktur Utama PT Indoguna Utama Maria Elizabeth Liman. Uang itu diduga bagian dari total Rp40 miliar yang dijanjikan Maria Elizabeth dan diserahkan melalui Direktur PT Indoguna Utama Arya Abdi Effendy serta Juard Effendi.
 
Fathanah alias Olong diduga menerima suap agar Luthfi Hasan Ishaaq selaku anggota DPR dan Presiden PKS menggerakkan pejabat Kementerian Pertanian yang dipimpin Suswono merekomendasikan penambahan kuota impor daging sapi yang dipesan Grup PT Indoguna Utama.
 
Selain itu, Fathanah juga didakwa Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang. Kolega Luthfi Hasan Ishaaq itu diduga telah menyamarkan aset-aset miliknya yang disinyalir berasal dari tindak pidana korupsi.
 
Dalam dakwaan, aset yang disinyalir disamarkan Fathanah mencapai Rp34,7 miliar dan USD89,321. Fathanah menyamarkan aset-asetnya tersebut, antara lain, dengan membelikan sejumlah rumah, sejumlah mobil, sejumlah perhiasan, dan pembayaran tiket pesawat.

"Sungguh Memalukan Kalau Hanya Bergantung Pada Jokowi"

Senin, 19 Agustus 2013 18:26 wib

                                                   
Joko WidodoJoko Widodo
JAKARTA- Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo terus didorong oleh sejumlah kelompok masyarakat untuk menjadi calon presiden  di 2014. Jokowi, sapaan Joko Widodo, dinilai layak untuk menjadi presiden 2014 mendatang.

Selain itu, Jokowi juga selalu menempati urutan teratas dalam survei terkait elektabilitas calon presiden 2014. Dia mengalahkan tokoh-tokoh lain, seperti Prabowo Subianto, dan Aburizal Bakrie.
Tapi, menurut Budayawan Garin Nugroho, masyarakat seharusnya tidak perlu membesar-besarkan dan mendorong Jokowi untuk menjadi Capres. "Mengapa kita tergantung betul kepada Jokowi. Apakah Jokowi buruk? Tidak. Tapi sungguh memalukan bila bangsa sebesar ini hanya tergantung pada Jokowi," kata Garin kepada wartawan di Hotel Grand Mercure, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta, Senin (19/8/2013).

Dikatakannya, masih banyak anak bangsa yang berkualitas selain mantan Wali kota Solo itu. "Bagaimana mungkin bangsa sebesar ini seakan-akan hanya membutuhkan Jokowi," tuturnya.

Bahkan, kata Garin, orang nomor satu di DKI Jakarta itu juga belum pantas menjabat sebagai Presiden. Pasalnya dia belum mampu sepenuhnya menuntaskan masalah di Solo dan Jakarta. "Kita lihat prestasi dia (Jokowi) di Solo dan bandingkan dengan Wali Kota Surabaya, jauh lebih pelik di Surabaya," imbuhnya.

Sumber : http://news.okezone.com/read/2013/08/19/339/852035/sungguh-memalukan-kalau-hanya-bergantung-pada-jokowi

Ditetapkan Jadi Capres, Jokowi Bakal Di-Bully

Jum'at, 06 September 2013 06:07 wib
A
Joko WidodoJoko Widodo
JAKARTA- PDI Perjuangan disarankan tidak terburu-buru mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden 2014 pada rapat kerja nasional yang dijadwalkan pada 6 hingga 8 September 2013.

Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahuddin  mengatakan, sebaiknya Rakernas PDI Perjuangan jangan dulu dijadikan ajang untuk menetapkan Capres. "Masih lama pencapresan itu. Toh Jokowi sebagai kader PDI Perjuangan masih tetap memimpin di berbagai hasil survei pencapresan. Jokowi sendiri belum resmi ditetapkan sebagai Capres PDIP. Bahkan menyatakan kesediaan sebagai Capres pun belum," ujar Said kepada Okezone, Kamis (5/9/2013).

Kata Said, berkat sosok Jokowi, value (nilai) PDI Perjuangan saat ini masih yang paling tinggi. Karena itu, jika partai berlambang bintang bermoncong putih itu memutuskan Jokowi sebagai capres, akan lebih banyak mudaratnya dibanding manfaatnya.

"Dia bisa di-bully, jadi bulan-bulanan dari lawannya. Bisa saja lawan politik akan menyerang Jokowi dengan membentuk opini bahwa Gubernur DKI itu adalah sosok yang tidak konsisten atau malah diberi label sebagai tokoh yang kerap lari dari tanggung jawab. Dulu, belum habis masa tugasnya sebagai Wali kota Solo, dia sudah lari ke Jakarta. Sekarang, baru menjabat sekitar satu tahun sebagai Gubernur DKI Jakarta, malah mau maju lagi sebagai Presiden," tuturnya.

Sekalipun opini itu mudah ditangkis karena tidak sepenuhnya benar, lanjut Said, dalam konteks politik hal yang demikian cukup merugikan. "Jadi, kalau PDI Perjuangan sungguh-sungguh ingin memajukan Jokowi sebagai Capres, maka forum Rakernas nanti cukup menyebutkan kriteria yang mengarah kepada sosok Jokowi.  Intinya, lebih baik jangan menyebut nama dulu," kata Said.

Dengan hanya menyebut kriteria, justru akan memberi efek positif bagi raihan suara PDI Perjuangan pada Pemilu Legislatif 2014. Pasalnya, selama ini PDIP kerap nangkring di posisi kedua sebagai parpol pemenang Pemilu versi lembaga survei. "Maka dengan strategi itu boleh jadi mereka bisa merebut posisi Partai Golkar sebagai kandidat juara Pemilu," pungkasnya. 
Sumber : http://news.okezone.com/read/2013/09/05/339/861508/ditetapkan-jadi-capres-jokowi-bakal-di-bully

Wujudkan Naik Angkot Gratis, Panitia Butuh Dana Rp100 Juta


Jum'at, 6 September 2013 13:20 wib

detail berita
Ilustrasi kemacetan di Bandung (Foto: Okezone)
BANDUNG - Meski saat ini Riset Indie, komunitas penggagas Angkot Days, terkendalan biaya operasional, namun dipastikan rencana menggratiskan angkot rute Kebon Kalapa-Dago pada 20 September 2013 tetap berjalan.

Koordinator Riset Indie, Seterhen Akbar, mengatakan, saat ini pihaknya baru mengumpulkan uang Rp10 juta, sementara targetnya harus terkumpul Rp100 juta. Namun, hal itu tidak akan membatalkan rencana semula demi melakukan riset mengenai transportasi massal.

“Sekarang baru ada Rp10 juta. Masih kurang banyak, tapi bagaimana pun kami harus tetap lanjut," tuturnya, Jumat (6/9/2013).

Ia menerangkan, dana yang sudah terkumpul saat ini merupakan patungan dari para relawan yang tergabung dalam Riset Indie. Selain itu, uang tersebut juga berasal dari sumbangan masyarakat melalui website www.wujudkan.com.

Sebagai reward, kata dia, nama individu atau lembaga yang menyumbang akan dipampang di angkot selama Angkot Days berlangsung.

“Kami juga mengundang, baik perusahaan swasta atau instansi pemerintah untuk berpartisipasi menyumbang. Lumayan nanti namanya terpajang. Hitung-hitung iklan,” katanya.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk menyewa angkot dan membuat kuesioner yang akan dibagikan ke para penumpang. “Uang itu juga untuk mengganti uang membeli bensin angkot. Syukur-syukur nanti ada sisa untuk makan para relawan dan sopir,” bebernya.

Ditanya mengenai dukungan dari pemerintah dan organisasi angkutan, ia mengaku telah mendatangi Dishub Kota Bandung dan koperasi angkot. Tidak hanya itu, pihaknya juga sudah bertemu Wali Kota Bandung terpilih, Ridwan Kamil, untuk meminta dukungan.

“Kalau dari sopir (Kalapa-Dago) ada yang setuju ada juga yang tidak. Karena bagaimana pun eksekusi akhir kan ada pada sopir. Kalau dishub dan organisasi angkot sudah setuju,” jelasnya.

Pihaknya masih berusaha meyakinkan para sopir angkot Kalapa-Dago agar mau ikut serta dalam riset ini.